Sebagai seorang ibu yang bekerja, memiliki bala bantuan untuk membantu mengurus anak rasanya menjadi hal yang wajib entah itu baby sitter yang di-hire secara khusus, keluarga yang membantu, atau daycare. Saya pun demikian. Atas dasar pertimbangan rumah yang dekat dengan kantor, unit tempat saya bekerja jarang dinas ke luar kota, jam pulang kantor juga seringnya tepat (sebelum magrib udah di rumah), maka saya dan bojo lebih memilih pengasuh anak yang tidak menginap.
Namun, memiliki pengasuh yang tidak menginap ga selalu mulus perjalanannya. Ga menutup kemungkinan, beliau juga sakit atau ada urusan lain yang ga bisa ditinggalkan, yang berujung ga bisa masuk kerja. Mau ga mau kita harus maklum kan? Lha wong kita aja kalau mendadak sakit bisa ijin kok dari kantor. Cuma ya, efek pengasuh ga masuk kerja lumayan bikin saya ribet sih, soalnya, ga ada saudara di kota ini (saya dan suami sama-sama perantau). Jadi ya anak ga bisa dititipin ke siapa-siapa. Tetangga? Wah banyak anak kecil juga, jangan nambahin beban lah. Daycare? Di kantor ga ada, di dekat kantor pun ga ada, sekalinya ada jauh banget dari rumah. Ujung-ujungnya saya ijin cuti. Tapi ya ijin cuti juga ga bisa sering-sering, apalagi emang cuti dihemat-hemat buat mudik. Akibatnya, saya bawa anak masuk ke kantor.
Bawa anak ke kantor, apa-apa ga?
Pengalaman bawa masuk anak ke kantor bermula ketika Mahira umur 13 bulan. Saya mulai berani bawa Mahira setelah dia mulai bisa duduk, berani berdiri dan berlatih berjalan. Alasan membawa saat anak mulai bisa duduk tegak, adalah kalau anak kita dudukkan di kursi kerja dia sudah bisa. Awalnya, saya berniat cuti, eh ternyata ada panggilan mendadak, ijin bawa anak, ternyata di approve sama atasan. Karena udah dapat ijin, kalau pengasuh ga masuk maka akan berujung saya ijin bawa anak ke kantor dibanding merelakan jatah cuti. Ga sering-sering juga sih, ga setiap bulan kok bawa Mahira ke kantor, karena Alhamdulillahnya sih emang jarang banget kejadian pengasuh ga masuk.
Sebenarnya, membawa anak ke kantor balik lagi ke urusan gimana tempat kita bekerja. Kalau secara aturan sih kayaknya di kantor saya ga ada aturan tertulis bahwa anak dilarang masuk ke area kantor (atau saya aja ndableg ga tahu peraturan). Tapi, kadang ya ada aja yang suka hararese gitulah. Misalnya aja pas lagi ada razia, terus jadi ditanya-tanyain. Atau ada juga teman-teman kantor yang merasa terganggu, ya tentu aja ya kita kerja ga fokus sepenuhnya seperti hari-hari biasa. Alhamdulillah, rasanya dua-tiga kali bawa Mahira ke kantor aman-aman aja dan teman-teman di kantor mau memaklumi bahkan ada yang dengan rela main sama anak. I love you full dah urusan beginian sama kantor.
Persiapan bawa anak ke kantor
Yang jelas, kalau mau bawa anak ke kantor harus ijin sama atasan dulu deh. Alhamdulillah selama ini sih dimaklumi hihihi. Kenapa harus ijin, ya kadang kan ada orang yang terganggu sama anak kecil. Lagian, balik lagi, kita ga bakal fokus kerja banget kayak biasa, jadi perlu rasa maklum dan empati dari teman-teman kantor gitu karena harus mengurus anak. Semoga aja ga ada yang ngomong, “makanya di rumah aja jadi perempuan, ga usah kerja”.
Untuk saya yang gak suka repot, persiapan bawa anak ke kantor sebenarnya hampir sama kalau bawa anak jalan-jalan di hari libur sih. Hal-hal wajib yang harus dibawa adalah :
- Makanan & Minuman
Karena istirahat kantor saya bakal pulang ke rumah, maka saya hanya membawa cemilan saja buat Mahira. Sebisa mungkin anak sudah diberi makanan berat sebelum ke kantor, alasannya ya agar tidak kelaparan dan mulai merajuk. Cemilan yang biasa saya bawa adalah Promina Puff dan Biskuit Marie Regal. Minuman yang saya bawa biasa Susu UHT dan Air Mineral. Oh ya, karena Mahira masih minum ASI dan termasuk maniak ne*en, dia bakal memilih minta nenen dibanding disuruh makan sama saya. - Baju Ganti, Popok, dan Perlengkapan Tempurnya
Baju ganti dan popok wajib ada di tas pergi saya. Kenapa, karena bisa aja kejadian anak muntah mendadak, ketumpahan air atau susu, makanan yang belepotan, dan banyak lagi. Lagipula, ganti popok kan sebisa mungkin 4 jam sekali, tentu saja popok menjadi barang wajib dibawa. Jangan sampai kelupaan dan berefek anak mengalami ruam atau gatal. Oh ya, selalu sedia sabun mini, kantong plastik, tisu basah, tisu kering, minyak-minyakan. Semua peralatan tempur ini wajib ada buat saya. - Mainan & Buku
Kalau kita termasuk orang yang banyak pekerjaan di kantor, maka pengalih perhatian anak jadi hal yang juga wajib dibawa. Kalau Mahira pengalih perhatiaannya biasanya buku. Ya emang sih ga anteng-anteng banget, tapi dia akan mulai sibuk bolak balik mainin buku, sebelum…….mulai riweuh minta main lagi sama kita. - Selimut dan perlengkapan tidur
Anak kadang punya jam tidur di sekitar jam 9-10 pagi. Karena itu, kita butuh area yang kira-kira bersih dan bisa dipakai anak untuk tidur selonjoran dengan nyaman. Selimut sih saya pakai buat jadi alas tidur dia. Perlengkapan tidur lainnya seperti bantal optional sih, kalau anaknya biasa pakai bantal ya silahkan dibawa. - Apron & perlengkapan tempur menyusui
Pompa-pompa pemerahan ASI sih saya tinggalin di rumah, karena Mahira bakal milih nyusu langsung dibanding ngebotol. Kalau ada ruang menyusui khusus, akan lebih enak untuk menyusui anak yang mulai butuh menyusu. Kalau ga ada, perlu perlengkapan tempur seperti apron demi tetap merahasiakan asset berharga keluarga. Bantal menyusui? Tinggalin aja deh, daripada kita dikira mau ngungsi ke kantor.
Hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan….
Tentunya adalah kenyamanan, kesenangan, dan kesehatan anak di kantor. Sehingga saya pun melakukan langkah ini…
- Menginfokan anak kalau akan ke kantor. Walaupun anak mungkin belum mengerti betul, paling tidak kita memberi tahu anak bahwa ia akan berada di tempat baru, lebih ramai dari rumahnya, dan bisa jadi banyak yang gemes sama dia. Hal ini paling tidak meningkatkan rasa awareness anak akan hal-hal yang akan dihadapinya hari itu.
- Memberi area untuk anak ikut sibuk bekerja. Kalau saya sih menambah satu kursi khusus (kalau bisa yang besar dan ada pegangan samping) untuk Mahira duduk di dekat saya sehingga apa yang dia lakukan akan terpantau.
- Mengenalkan anak dengan teman di kantor. Ini berguna untuk melatih sosialisasi anak, terutama Mahira yang lingkup sosialnya itu-itu aja. Mengenalkan anak dengan teman di kantor juga berguna saat kita tahu-tahu ada yang dikerjakan, anak bisa dititipkan sebentar dengan teman kantor yang dipercaya.
- Membebaskan anak. Ya karena jarang, kita bisa membiarkan anak main atau jalan-jalan keliling ruangan kantor (tetap harus dipantau) dan biarkan anak mencoba mengubah kantor kita menjadi area playground-nya. Membebaskan anak bisa juga urusan makanan, kalau anak dibawa oleh orang kantor lalu diberi jajanan (kalau di kantor saya sih biasa mpek-mpek atau martabak), ya biarkan saja. Ga setiap hari juga, sekalian ajang anak meng-eksplorasi hal baru.
- Mencari area untuk anak beristirahat. Jika ada sofa panjang atau area kosong yang bisa dibuat menggelar kasur kecil, akan lebih baik untuk anak yang mulai beranjak mengantuk dan ingin tidur. Dengan begitu, tidur anak juga akan lebih pulas dan kita bisa melanjutkan kerja.
Sebenarnya membawa anak ke kantor bisa jadi dilema bagi ibu bekerja seperti saya dan inginnya sih jarang dilakukan. Tapi ada baiknya kalau memang harus membawa anak ke kantor, perijinan dibicarakan dengan baik dan kita sendiri melakukan persiapan dengan baik juga. Terakhir, saat pulang, jangan lupa berterima kasih kepada orang-orang yang telah mendukung dengan maklum kalau kita harus membawa anak ke kantor. Semoga tulisan ini bermanfaat ya….
Siapin mainan pastinya mbak. jangan lupa dijajanin dulu biar gak rewel, hehehhee
hahah, iya, bawa jajan dari rumah aja hemat