Asyik-Asyik Jos…Liburan 3 Hari di Bangka [Part 1]

Pulau Bangka merupakan bagian dari Provinsi Bangka Belitung, merupakan destinasi wisata yang umum didatangi oleh orang Palembang. Itu menurut saya sendiri ya. Beberapa hal yang mendasari asumsi saya adalah dulu Bangka Belitung merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan, jadi ada kekerabatan gitu lah. Ketika awal saya pindah ke Palembang tahun 2011, Pulau Bangka jadi obyek wisata pantai yang paling mudah dijangkau karena ada kapal langsung dari Pelabuhan Boom Baru dan pesawat langsung ke Pangkal Pinang. Sekarang, ketika banyak destinasi penerbangan lain dari dan ke Palembang, intensitas pesawat ke Pulau Bangka juga meningkat.

Beberapa kali saya mendapatkan ajakan ke Pulau Bangka. Pertama di tahun 2012 bersama teman-teman se-perantau-an di Palembang. Satu rekrutmen bareng dari Bandung dan beberapa diantaranya mengontrak bersama. Salah satu teman kontrakan ini berasal dari Sungai Liat. Tapi ada juga ajakan teman kuliah untuk ke Singapore. Kangen teman kuliah dan pengen ngecap paspor lagi, akhirnya saya ke Singapore. Di tahun 2014, ajakan datang lagi dari teman-teman se-unit kerja. Eh, kok barengan sama rekrutmen yang lagi diikutin. Yaudah batal deh dan gagal lolos pula. Ah, elah.

Di bulan April 2017, saya dapat ajakan main ke Pulau Belitung. Secara nama memang Pulau Belitung rasanya lebih terkenal dari Pulau Bangka, terutama karena julukan Negeri Laskar Pelangi. Terus, entah kenapa saya ngerasa, ih, kok Bangka yang lebih deket belum pernah didatengin, malah Belitung udah pernah. Eh, pas pula sama muncul iklan hotel Menumbing Heritage. Penasaran nyoba nginep di sana dan akhirnya booking dapat tanggal 23-25 Desember 2017. Oke, hotel udah baru booking tiket pesawat.

 

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Dari Palembang ke Pulau Bangka sebenarnya bisa ditempuh dari 3 cara, naik pesawat langsung dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II ke kota Pangkal Pinang, (40 menit), naik kapal cepat dari Pelabuhan Boom Baru ke Muntok (+/-3 jam), atau naik ferry dari Pelabuhan Tanjung Api-Api ke Muntok. Secara harga, memang pesawat lebih mahal sih dari kapal cepat, tapi kadang bisa sama juga kalau pesan jauh-jauh hari. Kalau bawa mobil sendiri dan naik ferry, ada biaya untuk mobil sendiri dan itu juga lumayan, seharga satu tiket pesawat. Secara waktu, dari Palembang ke Tanjung Api-Api butuh waktu 2 jam lebih, dari Muntok ke Pangkal Pinang butuh waktu sekitar 3 jam. Alasan libur yang sebentar, anak masih kecil (khawatir cranky di perjalanan laut), bikin kami memilih naik pesawat aja. Penerbangan langsung dari Palembang ke Pangkal Pinang dioperasikan oleh beberapa maskapai mulai Wings Air, Sriwijaya Air, Nam Air, dan Garuda Indonesia dengan kisaran harga mulai 250.000 (kalau jauh-jauh hari) sampai 700.000-an (kalau mepet-mepet) sekali jalan.

Sejak berkeluarga, apalagi punya anak sendiri, tipe liburan saya sekarang santai aja. Gak ngoyo harus ke sana ke sini. Apalagi sekarang sudah banyak aplikasi pendukung liburan seperti Trip Advisor dan apa-apa bisa dicari di Google. Jadi, saya ga bikin itenary apapun. Hehehe. Berikut cerita perjalanan 3 hari 2 malam di Pulau Bangka. Akan dibagi jadi 2 bagian karena panjang 🙂

Day – 1 (23 Desember 2017)

Gerimis sisa hujan deras mulai menyapa kota Palembang pada pagi hari itu. Sejak semalam, saya mencoba memesan taxi Blue Bird dengan menu advance booking karena flight jam 07.55 artinya saya dari rumah harus pergi jam 06.15 paling lama. Dulu, awal Blue Bird masuk Palembang, nyari taxi ke bandara untuk flight pagi susah banget, kalau nelpon mendadak sering ga dapat, kalau nelpon malam sebelumnya malah nawarin jemput pagi banget biasanya. Dengan fitur advance booking, kita bisa pastikan bookingan kita telah tercatat dan benar saja, sekitar jam 06.00 driver Blue Bird sudah menghubungi saya.

Boleh dibaca : Mau Keliling Palembang, Pake Blue Bird Aja


New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Proses check in termasuk cepat. Sayangnya ternyata pesawat didelay sampai batas waktu yang belum diketahui. Beruntungnya karena delay saya jadi bisa mencoba Nursing Room yang ada di Bandara SMB II ini, foto-foto sama maskot Asian Games 2018, foto di Rumah Limas, dan jajan Chatime. Untuk area playground anak di ruang tunggu bandara masih sedikit kotor, tapi sudah lebih rapi dibanding bulan September lalu. Akhirnya panggilan boarding datang dan penerbangan pun mulus selama 40 menit. Rasanya baru naik, duduk, dikasih snack dan minum, eh udah dikasih tau siap mendarat aja.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos
New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Sampai di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang, kira-kira sekitar pukul 10.00. Kebetulan saya menyewa mobil dari Bangka Tour (0812 8298 8898 / 0852 6999 9927) dan lokasi pengantaran mobil di bandara. Harga sewa mobil per hari tanpa supir adalah Rp 350.000,-. Sambil menunggu transaksi selesai, saya sempat foto-foto dulu di sekitar Bandara Depati Amir.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

 

Dari bandara, tujuan pertama kami adalah mengisi tenaga di Mie Koba Iskandar. Mie Koba merupakan mie khas Bangka yang terdiri dari mie kuning dan tauge yang disiram dengan kuah ikan. Saat datang di pagi hari, warung mie ini tidak terlalu ramai. Mie kuningnya terasa kenyal dan kuah ikannya sedap sekali. Topping bawang goreng juga semakin menggugah aroma. Oh ya, walaupun kuahnya ikan, saya sama sekali tak merasakan bau amis, malah ada rasa manis-manis gurih gitu deh. Sebagai teman makan mie ini, di meja disediakan telur rebus sementara itu untuk menghilangkan seret setelah makan mie kita bisa minum air mineral kemasan gelas yang tersedia di meja atau teh botol yang bisa diambil dari cooler box. Sebuah keunikan terjadi saat membayar.

Bojo (B) : Mba, mau bayar, mie nya dua..
 Mba-Mba Mie Koba (M) : Empat puluh ribu..
 B : Tambah telor dua
 M : Empat puluh ribu
 B : Teh botolnya juga dua
 M : Empat puluh ribu

Bojo pun bingung harga telor dan teh botol aslinya berapa di sini. Jadi anggap saja begini, makan di Mie Koba Iskandar ini seporsi Rp 20.000,-. Daripada nyesel makan kurang kenyang, mending tambah telor. Abis makan biasa seret dan haus kan ya, jadi mending sekalian pesan minum aja.

 

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

 

Selepas makan Mie Koba, kami meluncur ke Bangka Botanical Garden (BBG), yang merupakan kawasan agrowisata di kota Pangkal Pinang. Kawasan BBG terdiri dari beberapa bagian antara lain hutan pinus, perkebunan, peternakan sapi, saung untuk makan di area BBG cafe, restaurant, dan warung susu sapi segar. Sebenarnya di area peternakan sapi, pengunjung bisa melihat proses pemerahan sapi langsung. Namun, menurut informasi pemerahan dilakukan pukul 08.00 pagi atau 14.00 siang. Kalau tidak bisa melihat proses pemerahan susu sapi, kita bisa memberi makan sapi-sapi secara langsung. Sebuah pengalaman yang juga akan disenangi oleh anak-anak. Di area perkebunan, kita bisa memanen langsung hasil kebun dan membelinya nanti. Kawasan BBG ini kerap dijadikan area untuk pre-wedding juga. Sehingga saya pun tak lupa berfoto-foto. Terakhir, jangan lupa menikmati susu segar yang warungnya berada persis di depan pintu masuk/keluar BBG. Bisa buat bekal perjalanan. Biaya masuk BBG masih gratis, namun saat memberi makan sapi bisa memberikan uang ke kotak untuk mendukung biaya perawatan. Makan atau jajan susu segar juga bisa membantu mendukung area wisata ini.

 

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos
New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Tempat wisata yang bisa dikunjungi dekat dengan BBG adalah Pantai Pasir Padi. Hanya sekitar 5 menit dari BBG, kita akan masuk ke area Kawasan Pantai Pasir Padi. Biaya masuk sekitar Rp 4.000,-. Pantai Pasir Padi termasuk pantai dengan garis pantai yang panjang. Areanya sudah dilengkapi WC Umum, warung di sekitar, Restaurant Seafood, bahkan ada juga resort yang sedang dibangun. Sayangnya, di akhir bulan Desember, laut sedang pasang dan ombak pun cukup kencang sehingga tak tampak banyak orang yang bermain di pantai ini.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Tak terlalu lama di Pantai Pasir Padi, kami mencoba mencari hal menarik yang ada di dekat area ini. Ternyata ada Jembatan Emas. Jembatan Emas ini sangat jelas terlihat saat kita akan mendarat di Pulau Bangka. Merupakan sebuah ikon wisata baru di Pulau Bangka yang merupakan jembatan dengan sistem buka tutup. Saat datang kesana, jembatan ini sedang terbuka. Banyak juga yang datang untuk foto-foto dengan latar belakang jembatan ini.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Tiba saatnya cacing di perut meronta minta asupan makanan. Namanya juga trip labil, kami kembali ke area kota Pangkal Pinang dan berakhir makan di Restauran Mr. Adox setelah sholat dhuhur terlebih dahulu. Restoran Seafood Mr. Adox ini berada di simpang jalan. Sangat mudah ditemui dari arah bandara menuju pusat kota. Restoran ini cukup besar dan termasuk populer di Pangkal Pinang. Di salah satu sisi terpampang foto-foto orang penting yang pernah datang ke sini. Halaman resto terbilang cukup untuk menampung banyak mobil. Pelayanan juga sigap. Kalau dirasa-rasa sih, secara harga dan namanya juga restaurant ya, jadi memang sedikit mahal dan porsinya pun tak terlalu besar. Tapi secara rasa emang bikin puas sih. Udang plus petenya, mantapppppp! Ya, setelah itu sih sempat kaget saat tagihan sekitar Rp 200.000, untuk berdua.

 

Kenyang makan, kayaknya perlu aktivitas lain nih. Check in di hotel belum bisa. Akhirnya kami menuju Sungailiat, Kabupaten Bangka. Di Sungailiat, pilihan pantai pun semakin banyak. Salah satu yang paling terkenal adalah Pantai Parai Tenggiri. Sudah mengikuti petunjuk jalan, tapi kami ragu kenapa diarahkan ke resort. Ternyata memang Pantai Parai Tengiri ini bagian dari resort Pantai Parai Beach & Resort dan dikelola secara khusus. Untuk masuk area resort sih boleh saja, ada restaurant juga. Tetapi, kalau mau masuk area pantai harus membayar lagi Rp 25.000,-. Sebelumnya kami sempat menyasar sebentar ke Pantai Matras dan bermain di sana sebentar saja. Ombak cukup besar, tetapi tak menghalangi foto-foto. Di area Pantai Matras sedang ada pembangunan juga. Warung dan tempat bilas dapat ditemui di sekitaran pantai ini. Masuk ke kawasan Pantai Matras dikenakan biaya Rp 3.000,-.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos
New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Dari Pantai Parai, kami berniat kembali ke Pangkal Pinang lagi. Eh, kok ada motor masuk sebuah jalan kecil. Bojo curiga, dan bilang, biasanya kalau orang jalan naik motor nemu pantai bagus tuh. Yasudah, kami ikuti dan menemukan fakta, sebenarnya pantai di Pulau Bangka memiliki kontur mirip dengan pantai di Pulau Belitung yang didominasi batuan besar dan tinggi. Tapi sepertinya memang secara pengelolaan lebih baik di Pulau Belitung.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos
New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

 

Menuju Pangkalpinang, kami melalui jalur yang berbeda saat menuju Pantai Parai. Memilih Jalan Laut di Google Maps, membawa kami menemukan Pantai Batu Bedaun. Pantai ini sepertinya sedang dalam pengembangan untuk dibangun resort. Kami menemukan sebuah restaurant yang cukup besar dengan area permainan di sekitarnya. Karena baru saja makan seafood, kami pesan yang normal saja : Nasi Goreng Seafood dan Mie Goreng Seafood. Enaknya makan di restauran pantai dengan area permainan yang cukup, waktu menunggu jadi tak berasa karena anak bisa bermain ayunan atau bermain pasir. Secara rasa sih, enak sayang terlalu banyak minyak di makanannya.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Selesai makan, Mahira mulai ngantuk dan waktu juga sudah menjelang sore. Akhirnya kali ini beneran kembali ke Pangkal Pinang tanpa mampir-mampir lagi. Saat menuju Hotel Menumbing Heritage, kami melewati Alun-Alun Merdeka yang sudah ramai sore itu. Mau mampir tapi badan lengket. Akhirnya diputuskan cek in di hotel dulu dan besok pagi saja sekalian olah raga.

 

Baca juga : [Review] Menumbing Heritage Hotel, Penginapan dengan Bangunan Bersejarah di Pangkal Pinang

 

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

 

Malamnya kami mencoba Warung Ikan Bakar Bogi-Bogi. Sebuah warung kecil yang sempat saya baca sekilas saat menuju hotel sore hari. Walaupun warungnya kecil, tapi ternyata di malam hari cukup ramai. Pengunjung bisa memilih ikan yang dimau, beragam ikan laut seperti kakap merah . Setelah itu bisa dipilihkan juga mau dimasak apa. Kami request dibakar saja. Sebagai pendamping, ditawarkan pula kangkung dengan pilihan mau ditumis balacan (terasi) atau bawang putih. Ikan bakar pun datang bersama dua jenis sambal, salah satunya adalah sambal dabu-dabu. Rasanya, pas asem-asem pedes gitu. Harganya juga ramah di kantong. Makan berdua dengan dua ikan plus minum sekitar Rp 100.000,-. Kenyang, murah, enak. Tapi berhubung ramai ya kudu sabar dikit.

Kelar makan, kami semua kenyang dan berakhir keliling kota aja malam-malam lanjut ke hotel terus tidur pulas………

Jangan lupa baca lanjutannya 😀 di Asyik-Asyik Jos…Liburan 3 Hari di Bangka [Part 2]

 

Related Posts

17 thoughts on “Asyik-Asyik Jos…Liburan 3 Hari di Bangka [Part 1]

  1. Aku baru tahu soal Jembatan Emas deh.. Btw, itu Pantai Paraiso Tengiri kelihatan bersih dan masih sepi ya, Kak? 🙂

    Cheers,
    Dee – heydeerahma.com

  2. Mbak kalau mau wisata di Bangka, ada gak ya persewaan motor. Selain berhemat, saya senang jalan model backpacker. Lebih terasa dekatnya sama warga sekitar hehe

  3. Kalau bandingin sama Lombok, hehehe, jujur aku lebih suka pantainya Lombok sih. Secara layanan pariwisata juga daerahnya sudah lebih siap menurutku.
    Tapi jangan ragu mampir ke Bangka, pantai di Bangka masih bersih dan banyak yang belum terjamah juga

  4. Good job mbak..pengen bw mobil dari palembang rencananya kalo jadi bareng keluargaku..biar irit gitu..tp anak2 ma istri pengennya naik pesawat …ntar sendirian sy dikapal feri….hewhew…

  5. Ayo kak liburan lagi, Udah banyak tempat baru loh sekarang”..hehe
    Sekalian numpang promo ya kak buat yang mau private tour ke Bangka dengan harga terjangkau bisa lewat kita.
    Terima kasih ya kak sebelumnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *