Mengikuti Kelas Disiplin Positif & Review Buku Keluarga Kita : Mencintai Dengan Lebih Baik

 

Banyak orang mengatakan bahwa insting ibu selalu benar. Saya juga terkadang menganut hal itu. Siapa sih yang mau disalahin? Hehehe. Tapi, kadang juga saya ngerasa masih banyak nih ragu-ragu dalam urusan mengasuh anak. Ada juga perasaan, eh kayaknya harusnya ga gitu deh. Jangan-jangan insting saya benar tapi perwujudan perilakunya masih salah.

Itulah sebabnya saya merasa harus terus belajar sebagai orang tua. Sejujurnya saya tidak menganut paham ilmu pengasuhan anak secara saklek ngikut si ini atau si itu. Menurut saya, selama masih masuk akal dan logika saya, lalu saya mampu dan bisa saya jalankan ya hayuk.

Teknologi yang meningkat membuat arus informasi tentang pengasuhan pun terus menerus muncul setiap hari baik melalui sosial media atau grup whatsapp. Kadang kita perlu verifikasi lagi. Saya pun tak mau hanya belajar virtual saja dan mencoba untuk ikut seminar atau kelas terkait pengasuhan anak agar bisa berkomunikasi langsung dengan pemberi materi.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Sejujurnya ini pertama kalinya saya ikut kelas dari Keluarga Kita. Saya tanya mba Ayu dari Rangkul Palembang ternyata sebelumnya telah ada 2 kelas lain di Palembang. Sebelumnya ada kelas di Pawon Anggon, yang udah saya daftar tapi ga bisa datang karena kondisi lagi ga oke. Kali ini, kelas yang saya ikuti adalah Kelas dengan topik berbagi cerita tentang Disiplin Positif (DP) 2 : Menumbuhkan Disiplin Diri Anak. Langsung lompat materi nih. Semoga ga ketinggalan jauh.

Di awal acara, Mba Ayu mewakili Relawan Keluarga Kita (Rangkul) Palembang mengenalkan tentang Rangkul dan Keluarga Kita. Di Palembang sendiri, baru ada 3 Rangkul, yaitu Mba Ayu, Mba Tya, dan Mba Senja. Untuk jadi Rangkul sendiri ada pembekalan di kelas khusus. Teman-teman Rangkul Palembang sendiri harus mengikuti kelasnya di Jakarta dan banyak kelas pembekalan yang adanya di Jakarta. Semoga di kemudian hari, Palembang dapat jatah. Siapa tahu saya bisa ikutan kan 🙂 Kalau sekarang belum memungkinkan sayangnya. Rangkul mendukung sesama orang tua untuk terus belajar, karena tidak ada orang tua yang sempurna, sehingga orang tua lebih realistis dan mau belajar lebih untuk kebaikan keluarga.

Setelah perkenalan peserta yang jumlahnya kurang lebih 10 orang, kita langsung lanjut ke materi. Materi disampaikan melalui video Najeela Shihab sebagai founder Keluarga Kita dan selanjutnya mba Ayu memandu sesi berbagi cerita dan diskusi. Disiplin Positif penting untuk ditumbuhkan dalam diri anak sebagai modal utama pendidikan dalam keluarga yang mendorong kemandirian jangka panjang. Dalam bahasan Disiplin Positif 2 : Menumbuhkan Disiplin Diri Anak, terdapat 4 pembahasan detail mengenai :

  1. Hukuman vs Konsekuensi
    Jika kita mengingat pada masa kita menjadi anak, bukan tidak mungkin kita mendapatkan hukuman atas kesalahan kita. Lalu, apakah kita belajar dari hukuman tersebut? Rasanya jarang, justru emosi negatif seperti marah, malu, disalahkan, dan ingin melawan yang timbul. Tak jarang, ada pula yang mendapatkan ancaman. Kedua hal tersebut ternyata menimbulkan ketergantungan pada anak dan ketidakpercayaan diri. Artinya, mendidik anak dengan hukuman dan ancaman bukanlah suatu disiplin positif dan tidak efektif untuk diterapkan.
    Poster Konsekuensi vs Hukuman – Sumber : KeluargaKita.com



    Lalu apa yang cocok? Konsekuensi jawabnya. Sebelumnya, saya mengenal konsep ini dari teman di BC June 2016. Di sesi ini, saya lebih mengenal lagi syarat penerapan konsekuensi yang baik. Konsekuensi dapat dimulai sedari dini sebagai bentuk mengarahkan dan mengajarkan kedisiplinan untuk anak.


  2. Sogokan/Hadiah vs DukunganPernah melakukan perjanjian dengan orang tua kalau kita mencapai sesuatu akan mendapatkan hadiah tertentu? Lalu apa yang terjadi, apakah kita terus melakukan yang terbaik atau hanya kalau dijanjikan hadiah saja kita berusaha lebih giat? Dari sesi ini saya belajar bahwa memberi hadiah bukanlah sesuatu yang salah, tetapi jika memberi hadiah dengan konsep yang salah justru membuat ketergantungan dan tidak mendukung disiplin positif. Hal baik yang dapat diberikan oleh orang tua adalah dukungan. Perbedaan hadiah dan dukungan bisa dilihat pada gambar berikut ini :
    Biasanya, hadiah justru menimbulkan motivasi eksternal yang tidak bertahan lama bahkan bisa mematikan motivasi internal dalam diri anak. Pemberian hadiah yang baik adalah jika hadiah diberikan bukan sebagai syarat anak melakukan sesuatu. Jadi, jangan sampai anak sibuk dengan apa yang dijanjikan, sampai lupa proses yang dirasakan oleh dirinya saat melakukan sesuatu. Sementara dukungan, bisa menumbuhkan kesadaran, cinta tak bersyarat, dan menjadi motivasi internal bagi anak. Dukungan bisa berupa pesan, kehadiran, permainan, dan pengalaman bersama anak.
  3. Bijak Memuji Anak
    Sejak memiliki anak, ketika anak melakukan sesuatu kecil saja rasanya wow banget. Misal, anak mau membuang sampah ke tempat sampah, langsung dipuji, wow, Mahira pintar ya. Melakukan hal lain lagi, kita puji lagi. Berlebihan? Sepertinya iya. Baik untuk anak? Nah ini yang akhirnya saya pelajari di kelas ini.Pujian memiliki dua sisi, bisa menjadi bentuk penerapan Disiplin Positif saat diberikan dengan mudah, menyenangkan, dan bermakna. Tapi bisa juga membawa ketergantungan dan ketidakpercayaan diri pada anak bila diberikan dengan tidak bijak.
    Poster Bijak Memuji Anak – Sumber : KeluargaKita.com

    Lalu, bagaimana cara memuji anak dengan bijak ? Keluarga Kita merumuskan cara bijak untuk memuji anak yaitu : Fokus Pada Kepuasan Internal (Diri anak sendiri), Spontan (Dalam berbagai situasi), Spesifik, Puji Usahanya, Bukan Hasilnya, Tulus, Tidak ada pesan “Tersembunyi”, dan Bukan Untuk Memanipulasi.

    Nah, yang saya sadari, saya perlu mulai berlatih untuk memuji secara lebih spesifik, jadi jangan hanya wah pintar, wah hebat, atau wah keren saja. Kalau misal Mahira membuang sampah, mungkin saya bisa mengatakan, Wah Mahira pintar sudah tau tempat sampah untuk barang yang kotor.

     

  4. Cara Baik Mengkritik Anak
    Mengkritik sebagai pembelajaran disiplin? Hal yang boleh dilakukan. Selama mengkritik bisa menjadi wujud dukungan orang tua dan memberikan pengalaman belajar untuk anak, kritik bisa menjadi bagian dari Disiplin Positif. Lalu bagaimana kritikan yang baik itu?
    Poster Kritik Baik Untuk Anak – sumber : keluargakita.com

    Nah, kayaknya urusan kritik saya masih jarang sih, cuma suka keceplosan komen kalau dia main trus salah dengan menyalahkan seperti “bukan kayak gini” dan diikuti oleh saya memperbaiki, bukan mencontohkan yang mana yang baik agar anak mencoba sendiri. Kayaknya sih harus ngebenerin juga tindakan seperti itu karena kurang menimbulkan kepercayaan diri anak dan bikin anak ketergantungan.


Di akhir sesi dalam pembahasan Disiplin Positif 2 ini terdapat latihan terkait dengan bahasan tentang Pujian dan Kritikan. Kita juga diberikan kesempatan untuk menuliskan apa yang kita dapat dari kelas hari ini dan perubahan apa yang akan dilakukan dalam keluarga.

View this post on Instagram

PALEMBANG • Pada hari Sabtu, 25 November 2017, Relawan Keluarga Kita Palembang @ayuandriyanisuas , @tyafagustya , dan @citramsenja kembali mengadakan sesi #BicaraRangkul #DisiplinPositi subtema Cara Baru Menumbuhkan Disiplin. • Sesi ini dihadiri oleh 13 peserta plus 3 rangkul. Meskipun dilaksanakan pada siang hari, peserta begitu semangat dan antusias berbagi cerita. Pembahasan berlanjut bahwa memberikan pengalaman belajar dan menjaga harga diri anak jauh lebih penting dibanding hukuman. Hadiah yang selama ini mendominasi juga bukan jalan keluar yang baik karena anak akan mengalami ketergantungan bukan kemandirian. Selain konsekuensi dan dukungan, peserta juga sepakat untuk memberikan pujian dan kritikan yang spesifik dan menerima perasaan anak. Di akhir sesi, peserta membuat rencana aksi agar terus cari cara dan tanpa drama untuk menumbuhkan disiplin anak karena disiplin positif butuh waktu dan konsistensi dari orang tua. Sesi selanjutnya akan dilaksanakan pada hari Minggu, 17 Desember 2017 terkait panduan kesepakatan orang tua dan anak. • Terima kasih kepada peserta yang sudah bersemangat hadir dan berbagi pihak yang ikut mendukung terselenggaranya sesi ini. . . . #Rangkul #KeluargaKita #TidakAdaOrangtuaYangSempurna #MencintaiDenganLebihBaik #PengasuhanAdalahUrusanBersama #SemuaMuridSemuaGuru #RangkulPalembang

A post shared by Mencintai Dengan Lebih Baik (@keluargakitaid) on

 

Selain adanya Kelas Keluarga Kita melalui Sesi Berbagi Cerita Rangkul, Mba Najeela Shihab juga menulis Buku Keluarga Kita : Mencintai dengan Lebih Baik. Di sampul buku ini terdapat cap : Panduan Pengasuhan Keluarga Indonesia. Buku terbitan Buah Hati ini telah menjadi Best Seller sejak cetakan pertama di bulan Juli 2017.

New photo by Faridilla Ainun / Google Photos

Secara singkat buku ini berisi tentang 3 topik utama yang ditekankan dalam materi Keluarga Kita yaitu Hubungan Reflektif, Disiplin Positif, dan Belajar Efektif. Per materi dibagi lagi menjadi beberapa bab. Dalam setiap bab berisi tentang penjelasan dan ada pertanyaan umum yang sering ditanyakan serta jawaban untuk pertanyaan tersebut. Selain itu juga ada rangkuman singkat seperti pada bab Cara Baik Mengkritik Anak dengan contoh-contoh kalimat yang bisa digunakan. Disertai dengan ilustrasi yang bagus, buku ini cukup mudah dipahami walau menurut saya cara bertuturnya cukup ‘tinggi’ dan agak serius.

Jika membaca tentang Disiplin Positif, buku ini menjelaskan materi yang sama dari kelas Keluarga Kita. Jadi, sepertinya buku ini bisa dijadikan panduan untuk keluarga sementara itu bila masih butuh sharing dan diskusi dapat melengkapi apa yang telah kita baca melalui kelas Keluarga Kita. Saya sendiri jadi menebak-nebak apakah materi Disiplin Positif 1 : Mengenali Sifat dan Karakter Anak sesuai dengan bab terkait Prinsip Perkembangan Anak, Rujuan Pengasuhan, dan Pengelolaan Emosi dalam buku ini.

Keluarga Kita memiliki Prinsip Pengasuhan, yaitu Mencintai dengan Lebih Baik atau C-I-N-T-A. Maksudnya gimana? 5 Prinsip Pengasuhan Keluarga Kita adalah :

  • C – Keluarga Kita Mencintai dengan Cari Cara Sepanjang Masa : Parenting Is A Marathon, Aim For The Future
  • I – Keluarga Kita Mencintai dengan Ingat Impian Tinggi : Expecting The Best of Them, Take A Leap Of Faith
  • N – Keluarga Kita Mencintai dengan Menerima Tanpa Drama : Loving The Wrost Of Them, Unconditionally
  • T – Keluarga Kita Mencintai dengan Tidak Takut Salah : Parenting Is For Growing, Mistakes Are For Learning
  • A – Keluarga Kita Mencintai dengan Asyik Bermain Bersama : Parenting Is Fun, Plays Are Poweful Moments

Semoga niat baik dan cinta yang lebih banyak dan lebih bermakna mampu membuat kita menerapkan Hubungan Reflektif, Disipilin Positif, dan Belajar Efektif sehingga anak tumbuh menjadi bahagia, cerdas, dan mandiri. Yuk menjadi keluarga yang lebih baik 🙂

Informasi pengasuhan anak dan hal-hal lain dari Keluarga Kita bisa dilihat melalui website, twitter, facebook, instagram , dan youtube. Oh ya, tanggal 17 Desember 2017 kabarnya akan ada kelas lagi di Palembang. Semoga saya kebagian jatah ikutan lagi :)

Related Posts

11 thoughts on “Mengikuti Kelas Disiplin Positif & Review Buku Keluarga Kita : Mencintai Dengan Lebih Baik

  1. Asyik sekali ya, jadi yang penting adalah mengkomunikasikan hal hal positif meskipun yang dilakukannya adalah hal yang tidak bagus. Kamar berantakan, ya diminta untuk merapikan supaya rapi, bukan malah bilang kamu malas. Yup makasih banyak Mbak, sharingnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *